Selasa, 25 Februari 2014

fall

sedih rasanya, ingin menangis tapi air mata tak lagi kunjung menetes
sedih rasanya, berjalan kesana kemari bingung akan tujuan yang sebenarnya
sedih rasanya, saat melihat kejanggalan disana sini tapi logika mengganggapnya biasa
sedih rasanya, jika bicara hati ingin suatu saat ada yang menyangganya
sedih rasanya, walaupun ingin berlari tapi takdir mengatakan berjalanlah
sedih rasanya, jika yang hidup harus diatur oleh yang mati
sedih rasanya, jika mengetahui ketidakberdayaan tidak ada bedanya dengan menghembuskan nafas
sedih rasanya, jika disetiap kehidupan harus menerima karma yang sama
sedih rasanya, walaupun roda samsara terus berputar tapi yang ada hanya kekosongan belaka

tak kan tunduk sedikitpun walaupun gunung harus bergeser dan langit harus menangis
mereka yang telah hidup lebih dulu dan menanggung banyak dosa tidak pantas untuk berkata "jangan"
walaupun suatu saat tubuh ini akan hilang dan lebur ditelan waktu tidak akan pernah tubuh ini tunduk oleh mereka yang tak mengenal dirinya

sedih rasanya, melihat mereka semua yang akhirnya akan menghilang bagai pasir dan akulah orang terakhir yang akan berdiri mengijak tanah yang mereka leburkan. aku pendosa akulah dia yang disebut pembawa murka akulah penyebab kenapa dunia harus menahan egonya akulah nafas alam dan akulah pusat semesta.

Jumat, 21 Februari 2014

girl catch the sun

di garis pantai ada seorang gadis dengan rambut panjang yang digulung ketas bagaikan sebuah mahkota, gadis itu terdiam dan memandang senja setiap harinya. saat matahari mulai terbenam gadis itu selalu menadahkan kedua tangannya bagaikan matahari akan jatuh diatasnya. senja saat itu begitu indah tapi keberadaan gadis itu mengalihkan semuanya. saat langit mulai gelap gadis itu pergi dan kembali lagi keesokan harinya saat matahari akan terbenam kembali. kali ini aku memberanikan diriku untuk mendekatinya saat matahari mulai terbenam dan dia menadahkan kedua tangannya aku mengambil kameraku dan memotretnya saaat itu dia tersenyum padaku. sesaat waktu terasa berhenti. senja yang begitu indah menjadi latar belakangnya dan senyumannya membuatnya menjadi sempurna.

Senin, 17 Februari 2014

<>

jangan berbicara kepadaku saat kesadaranku berada antara dunia dan semesta
semua isi akan terlihat sama dibunggkus dengan kulit yang berbeda
rasa aku berhutang rasa kepada luasnya angkasa
aku berhutang rasa dengan dalamnya samudera

tidak pantas aku berdiri
tidak mampu aku berlari
sepi berada di dua sisi
mati tanpa membawa arti

seorang raja yang bertahta kan semesta berselirkan rembulan

art

seni lahir saat pikiran dan jiwa lepas dari tubuh dan memberikan separuh esensinya untuk berkarya

manusia tidak bisa lepas dari lahir sedih dan akhirnya mati
cinta dan persahabatan hanyalah ilusi untuk melengkapinya
tawamu menggelegar terlalu keras
tangismu mengiris semesta
tidak berprosa tidak berima
bukan nada juga bukan irama
seni murni lahir dari esensi pikiran dan jiwa
tidak untuk ditangkap maksutnya tapi untuk dirasakan artinya
pahami apa yang berada di dalamnya tersesatlah engkau dalam keindahannya
pikiran hanyalah belenggu jiwa
jiwa adalah proporsi manusia kepanjangan tangan dari semesta
berjalan beriringan tapi juga saling menghancurkan
menghancurkan tapi juga saling melengkapi yang satu dengan yang lainnya
sastrawan berjaya melalui tulisannya
manusia berjaya melalui kematiannya
tangisan orang disekelilingnya menjadi tolak ukur akan keberhasilannya hidup didunia


Minggu, 16 Februari 2014

wonder boy

banyak yang mengatakan bahwa aku adalah wonder boy tapi sedikitpun aku tidak tau hal apa yang dapat aku banggakan dari diriku sendiri. terlalu sering di anak emaskan membuatku lupa bagaimana susahnya kehidupan diluar sana. bercermin kepada Sindharta pendiri agama budha yang dulu hidupnya sebagai seorang pangeran yang serba berkecukupan lalu akhirnya dia meninggalkan kenikmatan duniawinya untuk mencari bagaimana cara supaya lepas dari roda samsara dan menemukan kebahagian yang hakiki di dunia.

Sindharta mengatakan bahwa untuk lepas dari penderitaan di dunia kita harus lepas dari keinginan duniawi membuat hidup menjadi seimbang dengan tidak boleh terlalu senang saat hidup senang dan tidak boleh terlalu susah saat hidup susah. tapi pada kenyataanya hal itu sangat sulit dilakukan jika hidup ditengah masyarakat yang penuh dengan nafsu dan keinginan. terkadang aku rindu pada diriku saat aku belum tau akan banyak hal, rindu akan bagaimana menikmati hidup. tertawa bahagia saat sedang senang dan menangis lirih saat sedih

tapi seperti kata pepatah mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah jadi ya apa boleh buat diterima saja apa adanya. walaupun aku bicara seperti itu bukan berarti aku mnerima takdirku dengan mentah mentah. banyak orang yang menyerah pada takdirnya karena dia lahir dibawah bintang keberuntungan yang menyinari hidupnya hingga akhir hayatnya. tapi aku tidak terima akan hal itu akan aku buat duniaku sendiri dimana orang lain  bisa hidup bebas dengan berpedoman pada dirinya sendiri bukan orang lain bukan takdir bahkan dewa sekalipun

Rabu, 12 Februari 2014

lust

dia yang memilih kecantikan sebagai jalannya akan tertelan jiwanya dengan keburukan orang lain
dia yang memilih kecerdasan sebagai jalannya akan tertelan jiwanya dengan kebodohan orang lain
dia yang memilih kebenaran sebagai  jalannya akan tertelan jiwanya dengan kesalahan orang lain
dia yang memilih kekuatan sebagai jalannya akan tertelan jiwanya dengan kelemahan orang lain

mungkin akan menyenangkan jika manusia bisa membuat dunia ideal versi dirinya sendiri tanpa harus tergantung dengan manusia lainnya tapi mungkin dunia yang seperti ini juga lebih menarik dan tidak membosankan. sudah banyak aku melihat keburukan dalam diri manusia tapi lama kelamaan menyenangkan juga melihat bagaimana keburukan itu menjadi salah satu bagian dari sistem keseimbangan. menghilangkan keburukannya sama saja merusak keseimbangannya

tapi tetap saja membuat duniaku sendiri yang aku anggap ideal masihlah menjadi cita citaku, menjadi egoispun tidak masalah setelah dunia ideal yang aku inginkan terwujud jangankan seorang raja bahkan dewapun tidak akan bisa mengusikku. akulah sang awal dan sang akhir.

Minggu, 02 Februari 2014

sword






Wahai Ksatria Kenapa Kau Selalu Menyembunyikan Pedangmu di balik Jubahmu dan tidak Pernah Menggunakannya
Pedangku ini ada bukan untuk menebas ataupun membunuh
Pedang ini selalu aku sembunyikan dibalik jubahku hanya untuk membuat takut para musuhku
sekalipun aku belum pernah mencabut pedangku ini dari sarungnya 
mungkin aku takut dengan musuh musuhku yang siap menebasku dengan pedang mereka
tapi aku lebih takut mencabut pedangku dan mengambil nyawa mereka
sekali aku mencabut pedangku untuk menghilangkan nyawa lawanku bukan hanya nyawa musuhku saja yang akan hilang tapi jiwaku pun akan ikut hilang bersama dengan nyawa mereka
aku akan menjadi manusia yang berbeda  setelah aku melakukannya
tapi tentu saja aku rela menjual jiwaku jika itu memang harus dilakukan bukan hanya untuk diriku
jika suatu saat aku harus mencabut pedang ini untuk melindungi sesuatu yang berharga tentu saja aku tak akan enggan melakukannya
walaupun itu berarti aku harus menghabisi semua musuhku dan menghilangkan jiwaku
karena itulah sejatinya pedang ini diberikan padaku bukan hanya untuk disarungkan tapi untuk melindungi mereka yang melindungiku


"kekuatan tanpa keadilan adalah kekerasan tapi keadilan tanpa kekuatan adalah kebohongan" - Miyamoto Musashi