Rabu, 13 April 2016

iron heart


manusia itu lemah dan hatinya sering berubah ubah, seperti halnya hujan yang tidak bisa ditebak datangnya pada bulan april ini

april ini adalah tahun ke tiga pertandingan basket antar program studi yang aku ikuti, tahun ini aku berhasil membawa timku memasuki semifinal dan melawan prodi psikologi, iya prodi psikologi prodiku sendiri. tahun ini prodiku mengirim 2 tim putra dan 2 tim putri.

2 tim putra berhasil lolos dan masuk ke semifinal sedangkan tim putri hanya bisa satu tim saja yang lolos dikarenakan tim putri yang lolos adalah juara 1 tahun lalu sedangkan tim putri yang  gugur masih beranggotakan anak anak dari semester 2

takdir memang sangat menarik saat menulis jalan cerita, pada penarikkan pertama timku psikologi b langsung bertemu psikologi a, tim psikologi a yang diunggul unggulkan menjadi juara hampir tumbang melawan timku yang berisikan anak anak semester 2, tapi di akhir babak kedua dalam sekejap semua tembakan psikologi a berhasil menembus pertahanan kami dan membuat kami menyerah. anehnya walaupun kami kalah kami malah merasa senang dan tidak ada penyesalan sama sekali.

dan hari ini aku akan melawan kembali tim putra dari prodi bimbingan dan konseling yang sudah pernah kami kalahkan di babak penyisihan

hal yang menarik dalam antar prodi tahun ini adalah aku benar benar diberi tanggug jawab memegang kontrol penuh tim, sedangkan disisi lain aku juga menjadi panitia yang diharuskan membuat acara ini menjadi lancar. antar prodi di kampusku selalu diwarnai dengan kericuhan dikarenakan setiap prodi memiliki harga diri yang tinggi saat bertanding membawa bendera prodinya jadi kemenagan menjadi begitu mahal harganya walaupun hadianya tidak sebanding dengan usaha yang diberikan.

ada masa dimana saat aku berada di lapangan aku hampir melepaskan pembatasku dan bermain dengan keinginan untuk menang tapi aku masih bersyukur bahwa aku tidak harus melakukannya karena aku memiliki anggota tim yang baik yang selalu menenangkanku

mungkin yang membuatku senang saat kalah kemarin adalah aku berhasil memberi contoh yang baik pada seluruh panitia dan pemain bahwa hakikatnya pertandingan antar prodi adalah untuk memberikan hiburan kepada penonton dan memberikan pertunjukkan yang meriah bukan untuk pertumpahan darah, dan yang membuatku senang lagi adalah bahwa keluarga tidak harus dikorbankan untuk mendapatkan kemenangan . . .