Jumat, 13 Januari 2017

Bagaimana berbicara terasa sangat melelahkan


Pernah sedikit terfikir kenapa menulis itu menyenangkan? Mungkin pertanyaannya kenapa hal lain lebih tidak menyenangkan daripada menulis?

Saat semua hal lebih mudah di akses dengan teknologi, informasi menjadi hal yang mudah didapat, semuanya mulai merasa bahwa informasinya adalah benar . . .

Menjelaskan kepada mereka tentang apa yang kau tau atau apa yang kau anggap benar bukankah sedikit melelahkan?

Bagaimana seseorang bisa tidak ingin berada dalam kebisingan makanya dia menulis dalam kesunyian, tapi karena ingin mendapatkan pengakuan bahwa dirinya ada dia meninggalkan jejaknya menuju tempat yang sunyi

Tidak ada yang ingin benar benar sendiri dalam kesunyian tidak ada yang benar benar ingin tenggelam dalam kebisingan semua tidak hanya tentang dirimu ataukah semua hal akan lebih baik jika selalu tentang dirimu?

Menulis membuatku berfikir, berbicara membuatku egois karena hanya ingin didengar hanya ingin dimengerti secara dangkal . . .

Baca dan terus dibaca telan semuanya tanpa dipilih itu tuhan atau setan tanpa memilih itu agama atau kemunafikan tanpa memisah itu kebenaran atau kebohongan, karena semuanya hanya tentang dirimu dan apa yang kamu tulis . . .

Mereka yang membaca berhak mencaci atau memuji berhak menikmati atau menghakimi, hakmu adalah memuntahkan hal yang kau tau berupa sebuah karya . . .

Tidak perlu karya yang panjang dan rumit cukup yang sederhana yang menggambarkan ke-egoisan kita sebagai penulis karena kita dewa dan tokoh utama di setiap goresan karya yang kita lahirkan . . .

Boleh tentang cinta? Tentu boleh, boleh tentang kebencianmu terhadap dunia? Tentu boleh, boleh tentang cerita tentang dirimu sendiri? Hanya untuk dirimu? Tentu boleh, yang tidak dibolehkan adalah menulis tentang boleh atau tidak bolehnya orang lain melakukan sesuatu . . .

Setiap kata pada kenyataannya memiliki arti berbeda pemahamannya pada setiap orang yang menyamakannya hanyalah toleransinya :)