Senin, 23 September 2013

ant

3 sks kuliah psikodiag yang sungguh membosankan terselingi oleh seekor semut di mejaku, semut merah itu sedang terluka aku gak tau kenapa tapi 2 dari 6 kakinya sudah tidak bisa degerakkan lagi, aku berfikiran mungkin semut ini terinjak olehku tadi atau terinjak oleh temanku. aku terus memperhatikan semut itu yang terlihat saangat sulit untuk berjalan apalagi memanjat turun, semut itu bagaikan kehilangan arah dia hanya terus berputar putar di tempatnya dia berdiri sekarang. aku berfikir bahwa nasib semut ini tidak akan lama lagi selain karena 2 kakinya yang sudah patah, semut itu sudah terpisah jauh dari kelompoknya, sungguh malang sekali nasib semut ini

aku berniat membunuh semut ini dengan bolpoin supaya meringankan penderitaannya tapi semut itu malah naik ke ujung bolpoinku. aku mengurungkan niatku dan mengangkat bolpoinku supaya dapat melihat semut itu dari dekat. aku melihat mata semut itu yang kecil memandang mataku. pada saat itu aku tidak tau apakah membiarkannya hidup adalah pilihan yang terbaik. aku meletakkan bolpoinku supaya semut itu kembali turun. aku perhatikan selama beberapa menit ternyata jangankan untuk turun untuk bergerak pun semut itu merasa kesulitan. aku membantu semut itu turun dengan mendekatkan bolpoinku ke ujung meja supaya semut itu dapat berpindah tapi semut itu tetap menempel di ujung bolpoinku. terbesit lagi pemikiranku untuk membunuhnya tapi tiba tiba semut itu terjatuh dan hilang.

aku tidak tau bagaimana nasib semut itu sekarang mungkin dia berhasil selamat dan kembali ke kelompoknya atau dia mati karena jatuh dari meja atau diinjak oleh orang lain. sesampainya dirumah aku berfikiran apa bedanya nyawaku dengan nyawa semut yang tadi? apakah nyawaku lebih berharga dibandingkan semut tadi hingga aku berhak mengakhiri hidupnya untuk menolongnya? sekarang aku benar benar tau bahwa untuk memutuskan nasib dari seekor semut kecil saja manusia tidak mampu mengambil keputusan yang terbaik apalagi untuk memutuskan semua mahluk hidup didunia. jangankan mengakhiri nyawa seekor semut bahkan manusia sendiri tidak berhak mengakhiri nyawanya sendiri karena nyawa dalam diri manusia adalah nyawa pemberian tuhan bukan nyawa miliknya sendiri.

sungguh bodohnya diriku padahal selain opsi membiarkannya hidup dan membunuhnya untuk meringankan penderitaannya masih ada opsi lain yang lebih bijaksana yaitu adalah merawat lukanya dan mengembalikannya kepada kelompoknya, tapi karena kebodohanku opsi itu baru terfikirkan sekarang,


maafkan aku tuhan atas kebodohanku dan terimakasih tuhan hari ini kau telah memberiku pelajaran kehidupan yang sangat besar dari media yang sangat kecil yaitu adalah seekor semut, thx God 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar